Merdeka kedua atau pertama?
Jika aku warga Aceh yang cinta Merah Putih, maka hari ini, Senin (15/8) aku akan merasa merdeka yang kedua. Soalnya, 17 AGustus nanti adalah "kemederkaan" pertama yang sudah aku rasakan. Meski aku tahu, Merdeka pertama tak sungguh-sungguh aku rasakan.
Tapi, jika aku warga Aceh yang cinta Bulan Bintang, ini adalah kemerdekaan yang pertama. Perjuangan, pengorbanan, kini terbayar dengan bebasnya aku, sebagai warga Aceh yang memilih sebagai "orang" GAM.
Akmal atau si Si Abang, begitu akrabnya teman kuliah di Bandung kupanggil, begitu mencintai GAM. Tapi, bukan berarti dia membenci RI. Menurutnya, jika Aceh benar-benar merdeka, maka, Aceh akan menjadi negara terkaya kedua usai Brunai Darussalam. Soalnya, semua "hasil" Aceh akan dimakan sendiri oleh orang Aceh.
Dia menilai, keinginan merdeka orang-orang Aceh, bukan cuma sebuah keinginan untuk mengatur diri sendiri, tapi memang sudah menjadi kebutuhan.
Bahkan, keinginan warga Aceh (GAM) ingin merdeka juga dipicu pusat. "Sistim sentralistik yang terpusat di Jakarta-lah yang membuat warga Aceh (GAM) ingin membentuk negara sendiri," katanya suatu ketika. "Akibatnya, daerah hanya menjadi sapi perah bagi pusat."
Norma, teman lain asal Aceh di Yogya punya pendapat lain. Katanya, keinginan warga Aceh (GAM) untuk melawan pusat, karena tak mau ditindas. Menurutnya, anggota GAM yang ditumpas secara terus menerus tak akan bisa habis. Satu tumbang, seribu tumbuh.
Ceritanya, suatu saat di tahun 80-an, dia bersama teman-temannya, mereka melihat seorang pria warga kampungnya yang ditindas hingga sekarat oleh pasukan pusat. Mereka masih kecil, tak tahu apa kesalahan pria itu. "Saat itu, anak pria itu sudah besar dan menjadi anggota GAM. Tak sedikit teman-teman saya yang juga menjadi anggota GAM saat ini."
Kebencian, kemurkaan, datanglah dalam selimut damai.
Apapun yang terjadi, adalah masa lalu.
Masa kini...
Sambutlah damai.
Andy
saksi yang hanya melihat televisi