Kotak Sabun
Ha ha ha.....
Jika aku lebih memilih kapal untuk menyeberangi pulau, itu murni alasan "JIKA".
Yup, jika terjadi kecelakaan, seperti tabrakan, karam atau lainnya, maka aku si-anak dayak yang dari kecil udah bisa berenang (Karena rumah selalu kebanjiran :D), masih memiliki harapan selamat.
Jika aku terlalu takut berenang, aku masih bisa memanfaatkan pelampung.
Jika kapal mogok, aku masih bisa bersantai dengan cemberut menunggu bantuan datang atau hingga mekanik berhasil memperbaiki mesin.
Jika...jika dan jika, yang jelas, aku ada alasan tepat untuk tetap hidup.
But, it's sure. Yesterday, i'm flying with cessna. Gilaaaa boo.
AKu sebenarnya tidak takut untuk naik pesawat. Tapi, ini Cessna sayang. Pesawat baling-baling degan kapasitas 8 penumpang yang sebelum naik pesawat, berat badan dan bagasi harus ditimbang dahulu.
Aku bisa katakan, pesawat tersebut lebih mirip kotak sabun yang diberi baling-baling daripada sebuah pesawat penumpang?
Terus terang, sakit benar rasanya hati saat disuruh nimbang berat sebelum boarding.
Hmmm...Kejadian itu waktu aku berniat balik dari Malinau ke Tarakan. Aku sakit pinggang. Jika jalan laut, harus naek speed selama 3 jam dan terguncang gelombang. Naik kotak sabun dengan segala risk-nya hanya 25 menit. Oh, god, pilihan susah.
Paling menjengkelkan. Saat si petugas tiket menyuruh datang jam 12. Ternyata, pesawat datang pukul 1.30. Tauk ga, apa yang dikatakan pilot saat pesawat udah landing?
"Dari tadi nunggu yah mas. Maaf, saya makan dulu. Baru kita berangkat yah" Dus, ini pesawat apa bis kota?
Suer deh. Dari pukul 12 hingga pesawat datang, aku sendirian di bandara. Saat pesawat datang, maka petugaspun berdatangan. Kemudian....alaaa mak. mereka telepon satu persatu penumpang dan katakan pesawat udah tiba.
Sungguh. Hanya di Malinau terjadi kejadian ini dan hanya pilot Cessna yang minta izin untuk makan siang setelah terlambat 1,5 jam.
But, aku selamat
Adj