Tuesday, November 01, 2005

Ade

Beberapa hari menjelang lebaran tahun lalu, tiba-tiba Hpku berdering sebentar. Miscall dari Ade Sisca di Bandung. Saat itu, aku dalam tugas meliput TKI Ilegal di Tawau, Sabah Malaysia Timur. Penasaran, aku telepon balik. Dari sana, dari kejauhan terdengar suara Ade menangis. Ade terdengar sedih sekali. "Andy, Rico masuk rumah sakit," katanya. Duh...
Aku bingung harus berbuat apa. Aku mau membantu Ade, tapi aku tak bisa berbuat banyak. Aku benar-benar dalam kebingungan saat Ade mengatakan, di kepala Rico yang biasa dipanggil Koko ada daging tumbuh. Yup, tumor tersebut sudah menembus otaknya. Umur Koko hanya menghitung detik.
Sebenarnya, aku mau meminta Ade dan Mamanya bersabar. Tapi, setengah tahun sebelumnya, Ayah juga berpulang. Aku tak mau mereka berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Tapi, aku sempat meminta Ade istiqfar...
Lalu, terjadilah yang dikehendaki-Nya. Koko meninggal setelah 2 minggu dirawat di rumah sakit. Banyak pelayat yang datang. Banyak pelayat yang bersedih. Tapi tak ada pelayat yang dapat meredakan sedih Ade dan mamanya.
Tahun 2004 adalah tahun kesialan dalam rumah tersebut. Di awal tahun, ada 4 empat jiwa yang tinggal di rumah itu. Suami-Istri dan sepasang anak. Lelaki dan perempuan. Di akhir tahun, cuma tertinggal seorang janda dengan putrinya. Dua lelaki mereka lebih dulu menghadap Allah. Semoga ampunan mereka terima. Semoga Allah memberi mereka nikmat kubur hingga surga. AMIN
............
Dini hari tadi atau dua hari menjelang lebaran. Aku telepon Ade. Sambungan pertama putus. Yang kedua agak lama baru diangkat.
"Assalamualaikum..." kataku.
"Walaikum salam," sahut Ade sengau. Dia baru bangun tidur
Lalu, obrolanpun berjalan mulus.
Suara Ade terdengar manja, semanja pertama kali aku mengenalnya.
Tak terdengar adanya kesedihan yang terasa akibat kenangan puasa di tahun lalu.
Semua terdengar biasa, sangat biasa.
Tapi, aku tahu.
Ade tak akan melupakan Papanya.
Ade juga tak akan melupakan Koko.
Malah aku yang menangis.


Rindu Ade

Andy