Thursday, April 21, 2005

Tercela

Seorang polisi, anggota Satlantas Nunukan, Senin (18/4) lalu tewas dikeroyok anak buah pengusaha dan tuan tanah di daerah perbatasan ini. Tak jelas, apakah polisi itu tewas akibat ditikam dengan kikir atau tewas akibat diinjak-injak pengeroyok.
Apa pasal? ternyata karena tugas yang dibarengi emosi.
Si Polisi menangkap anak pengusaha Nunukan karena berkendaraan dengan tidak menggunakan helm.
Saat lewat di depan polisi, anak tadi ditegur. Namun, karena yang menegur dianggap bukan siapa-siapa (soalnya si polisi tidak memakai seragam), anak tadi cuek.
Sakit hati, di polisi mengejar. Sampai pada jalan buntu, si anak tertangkap.
Lalu, tanpa ba bi bu...........kepraaaaaaaaaaak. Helmet polisi memukul kepala anak tadi.
Kemudian, si anak dibawa ke kantor polisi. Namun, sebelumnya sampai di kantor, dua truk pemuda mengadang mereka dan terjadilah pengeroyokan itu. Hmmmm, rupanya ada anak buah pengusaha yang melaporkan bahwa anaknya dipukul seseorang.
Polisi lain? sakit hati juga. Lengkap dengan seragam dan senjata, mereka mengobrak-abrik tempat pengusaha tadi. Dari kantor, toko hingga hotel bintang milik pengusaha dirusak. Bahkan mobil-mobil mewahnya dijungkir balikan. Semuanya tak terkendali. Nunukan menjadi kota mati.
Kata orang-orang di Nunukan, itu hukum karma! si pengusaha yang selama ini sok kuasa dan selalu kebal hukum kena batunya. Pengusaha yang selalu bisa berapapun membayar jaminannya kini cuma seorang tersangka yang meringkuk di tipisnya karpet penjara.
Namun, Si pengusaha bersama 30-an anak buahnya yang harus berdempet-dempetan di dalam sel yang sudah penuh sesak, tetap berkoar-koar. Duh, apakah uang bisa membeli segalanya. (Tunggu sidang deh)

Kata orang-orang lainnya, si pengusaha sangat hebat. Alasanya, karena pengusaha bisa mencela dan membuat tercela polisi. "Seharusnya polisi tidak melakukan perbuatan pengrusakan. Itu tercela bagi aparat hukum," kata.............

andy
(usai memperbaiki jaringan internet di Nunukan, Kamis, 21 April)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home