Sunday, April 24, 2005

Huaaaaaaaaaaa

Sepi, aku sendiri
Dalam lamun, aku kembali ke masa lalu, ke masa mimpi masih indah.
Dalam khayal, aku tak bisa menjadi apa yang kulamunkan. Huh...
Sepi, aku sendiri!

Si Agus

Bagi mereka yang belum menonton who want's to be millionare di RCTI

Entah mimpi apa Agus semalam. Tiba-tiba, di sore hari yang sama dengan hari-hari kemarin, dia mendapat duit Rp500 juta. Ayah, adik, ortu, tetangga Agus juga pasti tidak mengira bahwa si Agus Muradi, si lulusan STM, si udik dari jawa, menang setengah miliar.
Hmm, padahal, Agus hanya loper koran. Dari pendidikannya yang cuma STM, mustahil Agus bisa mengalahkan para sarjana dan tukang insinyur dari belahan kota di dunia. Tapi, nasib berkata lain. Si Agus menjadi millioner baru.
"Saya baca dari koran sisa," kata Agus menjawab pertanyaan Tantowi Yahya yang penasaran, dari mana Agus Tahu nama kapal yang dipakai Darwin saat mengarungi dunia beberapa abad lalu. "Tapi saya jarang baca koran baru. Seringnya baca koran sisa tak laku," lanjut Agus. Duh....
Agus, kata Tantowi, membuka matanya akan suatu pepatah. Jangan Mengira Buku dari Sampulnya. "Terbukti, Agus bisa mencapai Rp500 juta," ujarnya.
Meski begitu, langkah Agus terhenti di pertanyaan ke-15. Agus ditanya siapa nama pemenang nobel fisika yang dibikin pada tahun 1924. Agus berhenti karena tidak tahu.
Sebelumnya, nasib Agus memang malang. Saat tamat STM jurusan Eletrik beberapa tahun lalu, dia tak mendapat kerja yang sesuai dengan pendidikan. Namun, daripada mengganggur atau melakukan hal jahat, dia lalu berlajar mencari nafkah.
Ternyata, mencari kerja tak semudah menjawab 5 pertanyaan pertama Tantowi Yahya dalam Who Wants To Be Millionare. Agus lalu jadi loper koran sejak empat tahun lalu hingga pekan lalu. Tapi ngga tahu. Apakah Agus masih ngeloper koran atau membuat usaha dengan modal Rp500 juta?



Habis deadline, jam 1 malam hari Minggu 24 April

Thursday, April 21, 2005

Tercela

Seorang polisi, anggota Satlantas Nunukan, Senin (18/4) lalu tewas dikeroyok anak buah pengusaha dan tuan tanah di daerah perbatasan ini. Tak jelas, apakah polisi itu tewas akibat ditikam dengan kikir atau tewas akibat diinjak-injak pengeroyok.
Apa pasal? ternyata karena tugas yang dibarengi emosi.
Si Polisi menangkap anak pengusaha Nunukan karena berkendaraan dengan tidak menggunakan helm.
Saat lewat di depan polisi, anak tadi ditegur. Namun, karena yang menegur dianggap bukan siapa-siapa (soalnya si polisi tidak memakai seragam), anak tadi cuek.
Sakit hati, di polisi mengejar. Sampai pada jalan buntu, si anak tertangkap.
Lalu, tanpa ba bi bu...........kepraaaaaaaaaaak. Helmet polisi memukul kepala anak tadi.
Kemudian, si anak dibawa ke kantor polisi. Namun, sebelumnya sampai di kantor, dua truk pemuda mengadang mereka dan terjadilah pengeroyokan itu. Hmmmm, rupanya ada anak buah pengusaha yang melaporkan bahwa anaknya dipukul seseorang.
Polisi lain? sakit hati juga. Lengkap dengan seragam dan senjata, mereka mengobrak-abrik tempat pengusaha tadi. Dari kantor, toko hingga hotel bintang milik pengusaha dirusak. Bahkan mobil-mobil mewahnya dijungkir balikan. Semuanya tak terkendali. Nunukan menjadi kota mati.
Kata orang-orang di Nunukan, itu hukum karma! si pengusaha yang selama ini sok kuasa dan selalu kebal hukum kena batunya. Pengusaha yang selalu bisa berapapun membayar jaminannya kini cuma seorang tersangka yang meringkuk di tipisnya karpet penjara.
Namun, Si pengusaha bersama 30-an anak buahnya yang harus berdempet-dempetan di dalam sel yang sudah penuh sesak, tetap berkoar-koar. Duh, apakah uang bisa membeli segalanya. (Tunggu sidang deh)

Kata orang-orang lainnya, si pengusaha sangat hebat. Alasanya, karena pengusaha bisa mencela dan membuat tercela polisi. "Seharusnya polisi tidak melakukan perbuatan pengrusakan. Itu tercela bagi aparat hukum," kata.............

andy
(usai memperbaiki jaringan internet di Nunukan, Kamis, 21 April)

Tuesday, April 19, 2005

Begitulah Teknologi

Selasa, 19 April, pukul 13.20 Wita

Hari ini rekor baru. Aku bangun pukul 7 pagi. Gila, ini bangun terpagi sejak beberapa tahun lalu. Entah kapan, yang jelas udah lama sekali.
Biasanya, klo ada acara pagi, habis kerja jam 3 malam, aku ga tidur. Soalnya takut kesiangan. Tapi, hari ini, aku tidur malam sekali, dan bangun pagi sekali. :D
Ada apa? Hari ini ada seminar soal teknologi informasi si dosen tamu seorang rektor Universita Gunadarma.
Mau tau, liat beritanya aja yah

Salut Perkembangan IT Tarakan

TARAKAN-Rektor Universitas Gunadarma Jakarta Prof Dr H Eko Sri Margianti SE MM mengaku salut dengan perkembangan dunia teknologi informasi di Tarakan.
Hal tersebut disampaikan profesor ini saat menjadi dosen tamu dalam acara yang diselenggarakan Amik PPKIA Tarakanita Rahmawati di Gedung Serba Guna Setkot Tarakan, kemarin pagi.
Kuliah yang sebelumunya bertema "Perkembangan IT dan Dampaknya Pada Kota Tarakan Menuju Kota Perdagangan dan Jasa" tersebut diralat menjadi "Perkembangan IT dan Dampaknya Pada Kota Tarakan Menuju Little Singapore" ini dihadiri beberapa tamu undangan darai berbagai dinas dan dunia pendidikan. Bahkan Walikota Tarakan dr H Jusuf SK sempat menghadiri meski akhirnya harus diwakili Wakil Walikota H Thamrin AD SH untuk membuka acara.
Prof Margianti dalam kuliah umum tersebut, mengaku terkejut, bahwa Tarakan memiliki beberapa titik hotspot (semacam base transceiver station atau BTS) internet gratis yang berkapasitas (bandwith) besar, yakni mencapai 1 megabite. "Sekarang, tinggal sosialisasi pemakaiannya saja ke masyarakat," katanya.
Sebab, menurut profesor yang pernah mengambil S2 bidang informasi dan S3 ilmu pendidikan ini, akan sangat mubazir jika tidak dipakai dengan optimal.
Sebagai pembandingan, di universitas yang dipimpinnya, yakni Universitas Gunadarma, mereka juga memakai hotspot 1 megabite. Namun diperuntukan pada semua mahasiswanya yang tersebar di berbagai kampus Gunadarma di Jakarta. Total mahasiswa Gunadarma yang aktif menurut rektor ini mencapai 28 ribu. "Nanti saya akan berbicara dengan walikota agar pemakaian bandwith tersebut bisa optimal. Sebab, sayang jika dibiarkan mubazir," janjinya.
Dalam kuliah umum tersebut, profesor ini lebih banyak berbicara perkembangan teknologi informasi secara umum yang ada di Indonesia hingga berbagai dunia yang pernah disinggahinya.
Dia menyebutkan, dengan adanya teknologi komputer, jarak antar kantor atau kota bahkan negara sangat dekat. Contohnya, menurutnya lagi, sebagai rektor di Gunadarma, dia memiliki 1.300 pekerja pendidik (dosen dan lainnya) yang terkadang tidak dikenalnya atau jarang sekali bertemu dalam setahunnya. "Makanya, jika ingin membicarakan sesuatu tentang rektorat atau lainnya, bisa dengan mailing list (surat elektronik) atau bisa dengan pesan singkat (SMS)," katanya dan mencontohnya, bahwa malam sebelumnya, dia melakukan koordinasi dengan bawahannya dengan SMS tersebut.
Meski begitu, dengan majunya teknologi, bukan berarti tidak ada efek negatifnya. "Contohnya, dengan program photoshop, seseorang bisa melakukan manipulasi gambar. Bisa saja kepalanya saya, namun badannya orang lain,' tandasnya.
Kuliah umum yang berlangsung selama 1 jam 30 menit ini sayangnya tidak diadakan tanya jawab antara dosen dengan tamu undangan. Akibatnya, tamu undangan menjadi fasif.(adj)

Capek, mau tidur dulu

Monday, April 18, 2005

Kenapa harus!

Senin, 18 April jam 1.36

Udah seminggu ini flu. Awalnya ga terlalu bermasalah. Tapi, pas suhu badan mulai naik. Duh, mau ga mau harus cari obat. Nama obatnya Triped.
Aku dah biasa makan obat ini sejak 2-3 tahun lalu. Obatnya manjur, tapi termasuk obat keras dan klo membelinya harus pake resep dokter.
Tapi, syukurnya, apotik depan kantor langganan, dan aku bilang mau beli obat flu, pasti pelayannya tahu, obat apa yang dimaksud, meski aku sering lupa namanya. Maklum, jarang sakit flu sih.
Seperti biasa, biar flu plus demam, aku masih kerja. Tapi kerjanya diluar ruangan redaksi. AC benar-benar menjadi musuh, dan jaket tebal beli dari Roma (rombengan Malaysia) adalah teman yang paling setia.
Tapi, Jumat malam lalu, aku ga bisa kerja :(, soalnya yang sakit kepala. Kebayang kan, kerjaku cleaning word, tiba-tiba kepalaku sakit. Duh, mending ga masuk kerja daripada hasil kerja ngawur.
Pernahkah melakukan kesalahan? :D Pernah ding. Waktu itu, Gus Dur aku tulis Gur Dur. Sialan, benar-benar memalukan. Dan gara-gara satu huruf yang salah itu, aku dapat peringatan keras. Soalnya beritanya untuk halaman 1.
Soal sakit kepala, obatnya paling Panadol. Tapi suer, satu keping Panadol udah hampir habis, namun sakit di kepala belum juga reda. Ada apa denganku?
Udah deh, mau liat cetak dulu.

Sunday, April 17, 2005

Terima kasih dinda

Thanks Dinda
Sebuah pelacakan di google membawa aku mengenalmu.
Tadi malam, aku dapat email dari seorang ustad. Isinya yang komplain dengan kajian utan kayu koran ku tanggal 1 April lalu yang mengangkat Amina Wadud. Wanita muslim pertama yang mengimami salat jumat. Woow.
Sebenarnya, hasi undah malam. Udah jam 1, udah print dan alat cetak di baah kudengar mulai terdengar. Tapi, kewajiban membuka email, menahan kepulanganku semalam. Biasanya nggak terlalu lama. Tapi, gara-gara sebuah artikel soal Amina Wadud tadi, aku tertahan.
Penasaran, aku mulai mencari siapa si Amina ini. Duh, saat asik mencari, akhirnya aku terperangkap pada sebuah alamat http://dindajou.blogspot.com.
Gila, asik bener men. Aku baca dari awal tahun 2004 hingga Februari 2005 ini.
Sungguh, pertama aku pikir apa yang ditulis Dinda ini sebuah novel. Namun, jika aku ngga menemukan ini Dinda di freenster bahkan tempo.com, aku pasti berpikir dia cuma tokoh imajinasi dari seseorang.
Terima kasih dinda.

Salam perkenalan

Hmmm, salam kenal. Apakabar dunia ini. Apakah hidup sudah tak lagi indah?