Surga
Tak ada yang abadi
Tapi bukan satu alasan untuk tidak meresapi
Siapa tahu dari sedikit kesempatan itu
Hidup lebih memaknai.
-------------
Tiga hari lalu. Hidup terasa berarti. Bagaimana rasanya menjadi yang diperlukan setelah sekian lama dianggap “Ada”, tapi tidak dirasakan.
Aku pikir, ini salah satu terindah dalam hidup. Bahkan, si-BOS, rela menunggu sebelum Batavia Air yang membawaku ke Sepinggan mendarat.
Tengak-tengok, kemudian saat melihat sekilas wajahku di antara penumpang yang berebut bagasi, BOS tergopoh-gopoh mendekat.
Sebenarnya, tak boleh selain penumpang yang mendekati ruang bagasi. Tapi, karena dia adalah si BOS, si ”RAJA” di daerah Kaltim. Yang lain pada nunut. Menundukan wajah dan muka tersenyum lebar tanda gembira melihat si BOS berkunjung ke bandara.
Hmmm……………
“Kamu udah makan blum,” tanya si BOS
“Sudah, tadi katering di pesawat,” kataku tanpa menyebutkan, bahwa aku cuma makan sebiji agar-agar.
Lalu, bagasiku datang. Si BOS bermaksud membawakannya. Tapi…………Aku memaksa. Soalnya kecil dan tidak terasa nyaman. Dijemput langsung pun, aku sudah merasa tak nyaman. Apalagi…!
-------
Setelah urus sana urus sini. Tidur di tilam yang empuk plus bau wangi dari AC yang mengantukan dengan perut kekenyangan. Surga hari pertama pun berlalu.
Hiks
Hari kedua, masih dilayani dengan sedikit wah. Tapi, saat tugas kompi dan tetek bengeknya selesai jam 8 malam. Maka…resmilah surga tersebut berakhir.
“BOS lagi ke Sulawesi, tiga hari lagi balik,” kata si cantik Nonik saat kutanyakan esok harinya alias tiga hari setelah aku berada di kota minyak
Aku tau, setelah yakin kerjaku usai, BOS langsung angkat kaki. Aku pikir, sebab kesibukannya yang tertunda, mungkin si BOS ingin mengebut semua pekerjaannya.
Lalu, kini, semua bawahan penjilat, kembali ke wajah aslinya. Tak ada lagi senyum, tak ada lagi keramah-tamahan, meski sekadar basa basi.
Malas, aku menghindar.
Hari ketiga, lebih banyak diisi di Gramedia. Cari Disc, baca-baca buku hingga memborong sebagian besar buku yang aku baca.
Hidup memang indah. Saat dibaca dari bebasnya penulis buku mengekspresikan diri. Hidup memang was-was. Jika melihat tampang satpam Gramedia yang curiga pada sosok bongsor yang bolak balik hingga 4 jam dari satu blok ke blok lain di Gramedia mencari buku-buku cantik dari pengarang se-jagad raya.
Hmmm…
Hari ketiga berlalu dengan penuh ilmu
Hari kedua berlalu dengan mempraktikan ilmu
Hari pertama masuk surga karena ilmu
Hari keempat? Back to…
Thanks God !
Andy
0 Comments:
Post a Comment
<< Home