Thursday, May 19, 2005

Ladies

Namanya Icha. Lengkapnya? dia nggak mau ngasih tau!
Tinggi sekitar 165-168 Cm. Itu kira-kira. Soalnya, waktu kenalan, hak sepatunya lumayan menjulang. Aku yang setinggi 170 Cm, seakan seimbang.
Putih, rambutnya panjang sebahu dan harum shampoo yang belum pernah aku cium sebelumnya, membuat aku tertarik. Wajah seperti kata Iwan Fals, dapat poin enam.
Bodi? Hmmm, kata yang lain sih ok. Tapi, aku sendiri ngga peduli. Bagiku, karena dia bisa membuatku tersenyum sekitar 30 detik usai berjabat tangan, that's enough.
"Hai. Mas Andy yaa, aku Icha?," katanya memperkenalkan diri. (5 detik)
Bengongggggg. Gila!
Hooooooooooi DUNIA. Dengarkanlah. Adjeunk ini hari kejatuhan duren hutan berduri tumpul. (10 detik)
Syok........? Pasti! (20 detik)
Tapi cuma sebentar kog. Sumpah. Aku langsung beradaptasi dengan keadaan! (22 detik)
Lalu, "Iya, saya Andy. Ada yang bisa saya bantu," kataku. (25 detik)
"Hi..hi...hi. Ngga, aku pikir jenggotmu lucu," Icha tersenyum lepas. (29 detik)
Dan, mau ngga mau aku membalas senyumnya.
Sungguh. Dunia terasa aneh saat itu. Seakan aku bisa melihat Monas dari sana.
----------------------

Kejadian itu Selasa malam. Hmmm, tapi bisa juga dibilang Rabu dini hari. Meski, aku tahu, saat itu terasa waktu tak berputar. Namun, aku tetap bermemiliki senyum kembali setelah sekian lama keruh.
Hari itu, aku memang sudah berencana membunuh penat selama 7 hari bekerja, 20 jam sehari. Rasanya, pub dengan musik live-nya bisa menjadi cara yang ampuh. Paling tidak, itulah pilihan menarik, meski bukan pilihan terakhir untuk mengakhiri penat ini.
Bersama Kanca's yang udah biasa ke pub, aku digiring. Sementara mereka menjadi penunjuk jalan. Sampai di sana? liat-liat, duduk manis, pesen minuman dan...Astaga!!! Itukan Sofi. (Don't ask me, what she's last name). Sofi adalah temen tetap. Yang ngga mau aku ubah menjadi temen bermain dalam sebuah skenario seperti telenovela. Sofi juga berpikir sama.
Sofi, dengan mata bundernya yang antik plus alisnya yang tebal melotot. Entah kaget atau apa. Yang jelas, terlihat lucu. But she's smile for me, lalu melambai dan mengacungkan jempol. Kemudian... cuek lagi.
Sofi yang tak berubah setelah beberapa bulan tak bertemu.

------
30 Menit
60 Menit
90 Menit
Lalu...
"Hai. Mas Andy yaa, aku Icha?,"

------
Di kota ini, Icha mengaku baru 7 bulan. Bersama adiknya Rini mereka merantau dari sebuah rumah di Jl Cihampelas belakang STBA Bandung. Sangat berani. Icha dan Rini tak sendiri. Ada 3 lagi orang Bandung bersama mereka. Termasuk Sofi yang menginformasikan aku padanya. "Nyari duit," kata Icha menyebut alasannya meninggalkan Kota Kembang yang sejuk.
Perantauan ini, ujarnya mengawali cerita, adalah perantauan pertamanya. Dulu, jangankan untuk menyeberang pulau. Ke Cimahi atau paling jauh ke Jakarta, selalu ditemani ibu. "Tapi, aku berusaha menjaga diri. Paling tidak, aku tidak minum (alkohol), ngedrug apalagi seks."
Seberapa kuat? "Sekuat menjaga motivasi"
Tapi, lanjut Icha lagi, jangan khawatir. Meski aku bekerja menjadi Ladies. Aku ngga bo'ong ama Ibu. Ibu tau, tapi ibu minta tetap hati-hati.

--------
Pulang pagi itu, aku berpikir. Aku ingin menjaganya!
Lalu bagaimana Anggie?

lieur

Djeunk

0 Comments:

Post a Comment

<< Home